Seruan Bagi Gereja Tuhan: Jangan Menunggu Kedatangan Kedua Yesus
Apakah Anda tahu bahwa sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali, ada sebuah peristiwa besar yang seharusnya menjadi pengharapan utama bagi gereja Tuhan? Peristiwa itu adalah pengangkatan (rapture), yaitu saat Yesus datang untuk menjemput mempelai-Nya, yaitu gereja. Mari kita pelajari bagaimana tradisi pernikahan Yahudi kuno menjadi gambaran luar biasa dari janji Yesus kepada kita.
PRAKTEK FIRMAN
Andi Wijaya
1/17/20254 min read
Tradisi pernikahan Yahudi kuno bukan sekadar praktik budaya yang menarik, tetapi juga mencerminkan rencana ilahi Allah bagi umat-Nya. Tradisi ini dipenuhi dengan simbolisme yang kaya dan dirancang dengan maksud tertentu, memberikan gambaran yang luar biasa tentang hubungan antara Yesus Kristus dan Gereja-Nya.
Salah satu aspek paling menarik dari tradisi ini adalah bagaimana tradisi tersebut mencerminkan kisah penebusan, mulai dari pertunangan hingga pesta pernikahan. Setiap tahap—pemberian mas kawin, persiapan mempelai pria, penantian mempelai wanita, dan kedatangan mempelai pria yang tiba-tiba—menggambarkan kebenaran rohani yang lebih dalam.
Bagi orang percaya, memahami kesamaan ini memberikan pemahaman baru terhadap ayat-ayat Alkitab yang sudah dikenal, membantu kita melihat bagaimana janji-janji Yesus selaras dengan tradisi kuno ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah pernikahan Yahudi tradisional dan mengungkap kaitannya dengan kisah cinta terbesar: penyatuan antara Kristus dan mempelai-Nya. Mari kita mulai dengan melihat langkah pertama—pertunangan dan pemberian mas kawin.
Pertunangan dan Mas Kawin
Dalam pernikahan Yahudi kuno, pertunangan (kiddushin) adalah sebuah perjanjian yang bersifat legal di mana mempelai pria berkomitmen kepada mempelai wanita. Komitmen ini ditandai dengan pemberian mas kawin, atau mohar, oleh mempelai pria atau ayahnya. Mas kawin ini melambangkan penghargaan mempelai pria terhadap mempelai wanita dan memberikan jaminan atas keamanan hidupnya, bahkan jika terjadi hal-hal yang tak terduga.
Dalam paralel rohani, Yesus memberikan mas kawin bagi mempelai-Nya, yaitu Gereja, melalui pemberian Roh Kudus. Roh Kudus digambarkan sebagai jaminan atau uang muka dari warisan kita, tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya (Efesus 1:13-14, 2 Korintus 1:21-22). Sama seperti mas kawin adalah janji dari niat mempelai pria untuk memenuhi pernikahan, Roh Kudus meyakinkan orang percaya akan kedatangan kembali Kristus dan penyelesaian penyatuan kita dengan-Nya.
Tahap ini menyoroti betapa besar harga penebusan, menunjukkan bagaimana Allah sangat menghargai umat-Nya dan berkomitmen pada keamanan kekal mereka.
Persiapan Mempelai Pria
Setelah pertunangan, mempelai pria akan kembali ke rumah ayahnya untuk mempersiapkan tempat bagi mempelai wanita. Hal ini sering melibatkan pembangunan ruangan tambahan atau tempat tinggal yang akan digunakan pasangan tersebut. Fokus mempelai pria selama masa ini adalah memastikan segala sesuatunya siap untuk masa depan mereka bersama.
Dengan cara yang sama, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku sudah mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yohanes 14:2-3). Janji ini mencerminkan peran mempelai pria dalam pernikahan Yahudi dan jaminan Yesus tentang kehidupan kekal bersama-Nya.
Masa persiapan ini menekankan dedikasi dan kasih mempelai pria kepada mempelai wanita. Selain itu, masa ini juga membutuhkan kesabaran dan kesetiaan dari mempelai wanita yang menanti kedatangannya. Bagi orang percaya, ini menjadi pengingat untuk tetap berjaga-jaga dan setia sambil menantikan kedatangan Kristus kembali (Matius 24:42-44).
Kedatangan yang Tiba-tiba
Salah satu momen paling menarik dan dramatis dalam pernikahan Yahudi adalah kedatangan mempelai pria yang tiba-tiba untuk menjemput mempelai wanita. Peristiwa ini biasanya tidak diumumkan, sering kali terjadi pada malam hari, untuk menciptakan suasana antisipasi dan sukacita. Mempelai wanita, bersama para pengiringnya, harus selalu siap karena hari dan jam kedatangan mempelai pria tidak diketahui.
Kedatangan yang tiba-tiba ini dengan indah mencerminkan pengangkatan (rapture), di mana Yesus akan datang secara tak terduga untuk membawa Gereja-Nya bersama-Nya. Seperti yang Paulus tulis dalam 1 Tesalonika 4:16-17, “Sebab Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan suatu perintah yang keras, dengan suara penghulu malaikat dan sangkakala Allah, dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit. Sesudah itu, kita yang masih hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Dengan demikian kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
Yesus juga menyinggung hal ini dalam Matius 24:36, dengan mengatakan, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” Hal ini selaras dengan tradisi Yahudi di mana waktu kedatangan mempelai pria ditentukan oleh ayahnya.
Bagi orang percaya, hal ini menjadi panggilan untuk selalu siap dan setia. Sama seperti mempelai wanita yang menanti dengan antisipasi penuh sukacita, kita juga dipanggil untuk hidup dalam pengharapan akan kedatangan Kristus, siap untuk bertemu dengan-Nya kapan saja (Matius 25:1-13).
Pesta Pernikahan
Setelah mempelai pria tiba dan menjemput mempelai wanita, pesta pernikahan (nissuin) pun dimulai. Ini adalah waktu penuh sukacita, perayaan, dan kesatuan, di mana penyatuan pasangan tersebut dihormati secara terbuka. Pesta ini bisa berlangsung selama beberapa hari, menekankan pentingnya momen yang penuh kebahagiaan ini.
Dalam Alkitab, pesta ini sejajar dengan Perjamuan Kawin Anak Domba, seperti yang digambarkan dalam Wahyu 19:7-9: “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan putih bersih.”
Peristiwa yang mulia ini merayakan penyatuan Kristus dan Gereja-Nya, menandai penggenapan janji-janji Allah dan puncak dari rencana penebusan-Nya. Kain lenan halus melambangkan perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus, sebagai bukti kesetiaan mereka dan kasih karunia Allah.
Pesta pernikahan ini mengingatkan orang percaya akan sukacita dan persekutuan kekal yang menanti mereka yang tetap setia kepada Kristus. Ini juga menjadi panggilan untuk mengundang orang lain ke dalam perayaan ini, seperti yang diajarkan Yesus dalam perumpamaan tentang perjamuan besar (Lukas 14:16-24). Sama seperti pesta dalam pernikahan Yahudi adalah waktu inklusi dan sukacita, demikian pula kerajaan Allah adalah undangan yang terbuka bagi semua orang yang mau menerimanya.
Kesimpulan
Pernikahan Yahudi kuno menggambarkan cinta Allah yang luar biasa pada umat-Nya. Setiap detail—dari mas kawin hingga pesta pernikahan—menunjukkan Allah yang menghargai, mempersiapkan, dan dengan sukacita menerima mempelai-Nya. Pengorbanan Yesus sebagai mas kawin adalah harga yang tak terbayangkan yang Ia bayar untuk menebus kita. Persiapan tempat bagi kita mencerminkan kasih dan komitmen-Nya. Kedatangan-Nya yang tiba-tiba mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga, dan janji Perjamuan Kawin Anak Domba memenuhi kita dengan harapan akan sukacita kekal.
Kisah ini bukan tentang masa lalu; ini adalah kenyataan kita saat ini dan masa depan kita. Sebagai mempelai Kristus, mari kita hidup dalam kesiapan, dihiasi dengan iman dan kebenaran, sambil menantikan hari di mana kita akan melihat-Nya muka dengan muka. Hingga momen yang mulia itu tiba, mari kita dengan setia menyampaikan undangan ini kepada semua orang, agar semakin banyak yang dapat bergabung dalam perayaan ini.
Mempelai Pria segera datang. Apakah Anda sudah siap?
Kacamatanya Tuhan
Mari lihat Firman Tuhan melalui kacamatanya Tuhan
HUBUNGI KAMI
EDARAN MINGGUAN
+62 811 816 2878
© 2025. All rights reserved.

