SERI ALLAH ADALAH KASIH - BAGIAN KE-6: Barangsiapa menabur dalam daging akan menuai kebinasaan
Banyak orang salah mengerti Galatia 6:8, mengira bahwa ini berbicara tentang kehilangan keselamatan. Namun, apakah benar kebinasaan di sini berarti hukuman kekal? Melalui studi ini, kita akan melihat bagaimana menabur dalam daging berdampak pada kehidupan kita di dalam Kerajaan Allah—bukan sebagai ancaman kehilangan keselamatan, tetapi sebagai peringatan akan akibat yang nyata dalam kehidupan kita sekarang.
PEMAHAMAN FIRMAN
Andi Wijaya
2/27/2025
Seri Allah adalah Kasih, Bagian ke-6
Barangsiapa menabur dalam daging akan menuai kebinasaan
Banyak orang salah mengerti Galatia 6:8, mengira bahwa ini berbicara tentang kehilangan keselamatan. Namun, apakah benar kebinasaan di sini berarti hukuman kekal?
Melalui studi ini, kita akan melihat bagaimana menabur dalam daging berdampak pada kehidupan kita di dalam Kerajaan Allah—bukan sebagai ancaman kehilangan keselamatan, tetapi sebagai peringatan akan akibat yang nyata dalam kehidupan kita sekarang.
📺 Sebelum melanjutkan, kami mengundang Anda untuk menonton "Bible Project Indonesia: Ringkasan Galatia" di YouTube guna mendapatkan gambaran besar tentang surat Paulus kepada jemaat di Galatia.
Janji Allah kepada Abraham Mendahului Hukum Taurat
Sebelum hukum Taurat diberikan kepada Musa, Allah terlebih dahulu memberikan janji kepada Abraham bahwa melalui keturunannya (Yesus), semua bangsa akan diberkati.
"Di dalam keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau telah mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:18)
Paulus menegaskan dalam Galatia 3:16 bahwa janji ini tidak diberikan kepada banyak keturunan, tetapi kepada satu keturunan, yaitu Kristus. Ini berarti sejak awal, keselamatan sudah direncanakan melalui iman kepada Yesus, bukan melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
Ketika hukum Taurat diberikan kepada Musa 430 tahun setelah janji kepada Abraham (Galatia 3:17), hukum itu bukanlah jalan keselamatan, tetapi hanya berfungsi sebagai penuntun untuk menuntun manusia kepada Kristus (Galatia 3:24). Oleh karena itu, orang percaya tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
"Sebab jika kebenaran diperoleh melalui hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus." (Galatia 2:21)
Injil sangat jelas: keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus, tanpa tambahan hukum Taurat atau perbuatan manusia. Mencampurkan Injil dengan hukum berarti merendahkan karya penebusan Kristus di kayu salib. Oleh sebab itu, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih karunia, bukan dalam perbudakan hukum.
Apakah Ini Berarti Kita Boleh Hidup dalam Dosa?
Tentu saja tidak! Setelah keselamatan kita dipastikan dalam Kristus, kita dipanggil untuk hidup bagi Allah dengan tiga tujuan utama:
1. Menjadi Anak yang Layak dalam Keluarga Allah
Kita telah diadopsi sebagai anak-anak Allah, maka kita harus hidup sesuai identitas baru kita. Ini adalah proses sanctification (pengudusan) di mana kita semakin hari semakin serupa dengan Kristus.
Bagaimana ini terjadi? Roh Kudus membimbing kita, dan salah satu tanda bahwa seseorang memiliki Roh Kudus adalah keinginan untuk mencintai Bapa dalam bentuk pengenalan dan ketaatan—melalui membaca Alkitab, mendengarkan firman, dan melihat kesaksian hidup orang percaya lainnya, serta mematuhi perintah-Nya.
2. Sanctification adalah untuk Kemuliaan Tuhan dan Kebaikan Kita
Tuhan memanggil kita untuk hidup berbuah sehingga hidup kita tidak terbuang sia-sia.
Hidup dalam ketaatan bukan hanya menyenangkan Tuhan tetapi juga membawa dampak baik bagi orang lain.
Contoh praktis:
Seorang suami yang mencintai istrinya seperti Kristus mencintai jemaat dapat menjadi kesaksian bagi mereka yang mengalami pernikahan bermasalah.
Membantu orang yang membutuhkan menciptakan hubungan kepercayaan yang bisa Tuhan gunakan untuk memperkenalkan Injil.
Melalui kita, orang lain bisa melihat gambaran kehidupan sebagai warga Kerajaan Allah (Kingdom Living).
3. Membawa Persembahan yang Layak bagi Tuhan
Dalam Amsal 18:16, orang benar tahu bahwa ketika bertemu seorang raja, kita harus membawa persembahan.
Kita akan bertemu Raja segala raja, maka apakah kita akan datang dengan tangan kosong?
Apa persembahan kita kepada Tuhan? Hidup kita dan pelayanan kita! Namun, Tuhan akan menguji apakah pelayanan kita dilakukan dengan motivasi yang benar.
1 Korintus 3:12-15:
Jika kita melayani dengan hati murni (emas, perak, batu mulia), maka hasilnya bertahan dan kita mendapat upah.
Jika kita melayani dengan motif salah (kayu, jerami, rumput), maka semuanya akan terbakar.
Dengan kata lain, kita tidak bekerja untuk mendapatkan keselamatan, tetapi untuk mempersembahkan hidup kita yang berharga bagi Tuhan.
Menolak Legalisme: Perjanjian Lama vs. Perjanjian Baru
Paulus menjelaskan bahwa Hagar dan Sarah melambangkan dua perjanjian yang berbeda:
Hagar (Hamba) = Perjanjian Lama (Hukum Taurat)
Ishmael lahir menurut daging, bukan karena janji Allah.
Ia melambangkan Gunung Sinai dan Yerusalem duniawi, di mana orang masih berusaha menaati hukum.
Mereka yang hidup dalam sistem ini adalah hamba secara rohani, terjebak dalam legalisme dan kebenaran berdasarkan usaha manusia.
Sarah (Wanita Merdeka) = Perjanjian Baru (Kasih Karunia)
Ishak lahir melalui janji Allah, bukan usaha manusia.
Ia melambangkan Yerusalem surgawi—Kerajaan Allah, di mana orang percaya dibenarkan oleh iman.
Mereka yang termasuk dalam perjanjian ini bebas dalam Kristus dan tidak terikat hukum.
Persekusi dari Mereka yang Hidup di Bawah Hukum
Paulus menyatakan dengan tegas:
"Pada waktu itu, anak yang lahir menurut daging menganiaya anak yang lahir menurut Roh. Demikian pula sekarang." (Galatia 4:29)
✅ Sama seperti Ishmael (anak dari hamba) menganiaya Ishak (anak janji),
✅ Begitu pula legalis (yang hidup di bawah hukum) menganiaya orang percaya yang hidup dalam kasih karunia.
Namun, Paulus tidak menyuruh kita untuk berkompromi dengan legalisme atau hidup dalam dua sistem sekaligus. Sebaliknya, ia memberikan perintah tegas:
"Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama anak perempuan merdeka." (Galatia 4:30, mengutip Kejadian 21:10)
✅ Legalism tidak memiliki tempat dalam Kerajaan Allah.
✅ Mencampur hukum dan kasih karunia menghasilkan perbudakan, bukan kebebasan.
✅ Mereka yang masih bergantung pada hukum tidak akan mewarisi janji bagi anak-anak iman.
💡 Inilah sebabnya Anda harus memisahkan diri dari sistem yang legalistik—bukan karena Anda menolak Tuhan, tetapi karena Anda menerima Injil yang benar, yaitu kasih karunia dalam Kristus.
Kesimpulan: Fokuslah pada Hidup yang Maksimal untuk Tuhan, Bukan pada Takut Kehilangan Keselamatan
Jika kita sudah menerima keselamatan, kita tidak perlu lagi khawatir akan hal itu. Keselamatan kita aman di dalam Kristus, karena itu kita tidak lagi hidup dalam ketakutan akan kehilangan keselamatan, melainkan dalam kepastian bahwa kita adalah anak-anak Tuhan.
Fokus kita harus bergeser dari “Apakah saya akan selamat?” menjadi “Bagaimana saya bisa menjalani hidup yang penuh bagi Tuhan?”.
Seperti Yesus yang di akhir hidup-Nya berkata:
"Sudah selesai." (Yohanes 19:30)
Kita juga ingin mengakhiri hidup kita dengan penuh keyakinan bahwa kita telah menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan.
💡 Jadi, jangan hidup dalam ketakutan, tetapi hiduplah dalam anugerah! Jalani hidup dengan penuh kesungguhan bagi Tuhan, agar ketika kita bertemu dengan-Nya, kita bisa berkata, "Sudah selesai, Tuhan." 🙏
Kacamatanya Tuhan
Mari lihat Firman Tuhan melalui kacamatanya Tuhan
HUBUNGI KAMI
EDARAN MINGGUAN
+62 811 816 2878
© 2025. All rights reserved.

