SERI ALLAH ADALAH KASIH – BAGIAN 1: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga
Tuhan adalah kasih, tetapi mengapa Yesus menolak orang-orang yang berseru-seru kepada-Nya? (Matius 7:21-23) Ayat ini sering dianggap menakutkan, padahal di dalam kasih tidak ada ketakutan (1 Yohanes 4:18). Mari kita pelajari maksud Yesus dalam perikop ini. Apakah ini menunjukkan bahwa Tuhan hanya mencintai mereka yang sempurna? Saya sungguh berdoa agar melalui pembelajaran ini, kita memahami kebenaran yang memerdekakan (Yohanes 8:32).
PEMAHAMAN FIRMAN
Andi Wijaya
1/24/2025
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” – Yohanes 3:16
Teman-teman, jika Anda seorang ayah atau ibu, izinkan saya bertanya sesuatu. Adakah sesuatu yang begitu Anda cintai atau inginkan, sehingga Anda rela anak Anda dipukuli, dihina di depan umum, dan akhirnya dibunuh, hanya demi mendapatkan hal itu?
Jika Anda mengenal seseorang yang melakukan pengorbanan seperti itu untuk menyelamatkan Anda dari maut, apa yang akan Anda pikirkan tentang orang tersebut? Bukankah Anda akan merasa berhutang budi seumur hidup kepadanya?
Percaya atau tidak, itulah yang dilakukan Allah bagi kita. Dia begitu mengasihi dan menginginkan kita sehingga Dia mengutus Anak-Nya untuk mati menggantikan kita, agar kita memiliki hidup yang kekal.
Tapi mengapa Tuhan yang begitu penuh kasih, sepertinya tega menolak orang yang berseru-seru kepadanya? Mari kita cari kebenaran Firman Tuhan!
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Matius 7:21-23
Tuhan, Tuhan!
Tahukah Anda bahwa pengulangan memanggil nama adalah bentuk panggilan yang menunjukkan kedekatan atau kasih? (Keluaran 3:4, 1 Samuel 3:10, Lukas 10:41)
Orang-orang yang Yesus bicarakan dalam Matius 7:21 adalah orang-orang yg merasa mereka dekat dengan Tuhan atau berpikir mereka mengasihi-Nya. Namun, Yesus menekankan bahwa hubungan sejati dengan Tuhan tidak berdasarkan klaim kasih, tetapi pada kesesuaian dengan kehendak Bapa di surga.
Kehendak Bapa di Sorga
Betapa pentingnya mengerti kehendak Bapa di Surga. Kita harus berhati-hati agar tidak mengandalkan tafsiran, melainkan selalu berpegang pada Firman Tuhan.
Murid terkasih Yesus, Yohanes, menjelaskan dengan gamblang kehendak Bapa di Surga: “yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”
Jadi lihatlah bahwa ini bukanlahtentang perbuatan / tindakan kita melainkan sikap hati kita.
Perbuatan, perbuatan,perbuatan
Lihatlah, betapa orang-orang yang mengklaim mengasihi Yesus menekankan segala perbuatan yang telah mereka lakukan demi Yesus.
Namun, mengapa Yesus tidak berkata bahwa apa yang mereka lakukan itu salah atau tidak cukup? Sebaliknya, Yesus berkata, mereka pembuat kejahatan! (Yunani: anomian) Anomian artinya adalah "tidak mengenal hukum". Ini membawa kita pada pertanyaan penting: hukum apa yang dimaksud Yesus di sini? Siapa orang yang Yesus sebut tidak mengenal hukum ?
Tidak Mengenal Hukum
Ini sungguh luar biasa! Orang-orang yang Yesus sebut sebagai tidak mengenal hukum adalah Farisi dan ahli Taurat yaitu mereka yang dianggap paling memahami dan menaati hukum Tuhan. (Matius 23)
Betapa ironis, bukan? Mereka yang seharusnya paling mengerti hukum justru adalah orang-orang yang Yesus tegur karena tidak mengenal hukum yang dimaksud.
Hukum apa yang Yesus maksudkan? Jawabannya ada di inti ajaran Yesus: hukum kasih. (Yoh 15:17)
Teman-teman, kita telah melihat bahwa ayat dalam Matius 7:21-23, yang sering digunakan oleh sebagian pemimpin gereja untuk menakut-nakuti jemaat agar selalu patuh pada hukum taurat dan berfokus pada perbuatan, sebenarnya Yesus tujukan kepada mereka sendiri.
Keselamatan tidak diperoleh melalui perbuatan atau jasa kita, tetapi semata-mata oleh kasih karunia dan belas kasihan Allah (Efesus 2:8-9). Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menambahkan apa pun pada anugerah ini. Paulus mengajarkan bahwa mematuhi hukum itu baik, tetapi itu bukanlah yang menyelamatkan kita. Ketika kita terlalu fokus pada hukum, kita cenderung menghakimi dan menghukum orang lain yang gagal menaati hukum dengan sempurna. (Roma 2 & 3, Galatia 3-5). Ini bukanlah kehendak Allah bagi gereja-Nya.
Hukum diberikan bukan untuk menyelamatkan (Roma 3:20), tetapi untuk mengerti bahwa kita semua adalah orang berdosa di hadapan Allah. Hukum menunjukkan bagaimana kita harus berperilaku sebagai anggota keluarga Allah dan bagaimana kita menunjukkan kasih kepada sesama. Yesus menunjukkan prinsip ini secara jelas di Markus 2:27, bahwa hukum tentang Sabat adalah untuk manusia, dan bukan sebaliknya. Allah adalah kasih. Jadi, inti dari semua hukum adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. (Matius 22:37-40)
Apakah ini berarti kita tidak perlu menaati hukum dan bisa berbuat dosa semaunya? Paulus dengan tegas mengatakan dalam Roma 6:15: Sekali-kali tidak!" Kasih karunia Allah bukanlah izin untuk berbuat dosa, melainkan panggilan untuk hidup benar.
Orang benar, ketika menerima hadiah yang sangat berharga, pasti tahu cara bersyukur, bukankah kita telah menerima anugerah terbesar, yaitu hidup yang kekal melalui Yesus Kristus? Mari kita hidup sesuai kehendak-Nya sebagai ungkapan syukur atas kasih dan anugerah-Nya yang luar biasa.
Kacamatanya Tuhan
Mari lihat Firman Tuhan melalui kacamatanya Tuhan
HUBUNGI KAMI
EDARAN MINGGUAN
+62 811 816 2878
© 2025. All rights reserved.

