KESELAMATAN: Titik Awal, Bukan Titik Akhir

Banyak orang beranggapan bahwa keselamatan adalah tujuan akhir dari iman—seolah-olah seluruh perjalanan hidup rohani berhenti di titik itu. Injil pun sering dipahami semata-mata sebagai kabar tentang pengampunan dosa dan masuk surga. Tapi… benarkah Injil hanya tentang kita diselamatkan? Jika keselamatan hanyalah permulaan, maka apa sebenarnya inti dari Injil? Apa yang Allah maksud ketika Yesus dan para rasul memberitakan “Kabar Baik Kerajaan Allah sudah datang”?

PEMAHAMAN FIRMAN

Andi Wijaya

10/3/20253 min read

KESELAMATAN: TITIK AWAL, BUKAN TITIK AKHIR

Shalom, saudara yang dikasihi Tuhan.

Banyak orang berpikir bahwa keselamatan adalah tujuan akhir dari perjalanan iman—seolah-olah seluruh kehidupan rohani berhenti ketika seseorang menerima Yesus. Setelah dibaptis, setelah diselamatkan, mereka merasa sudah selesai. Tapi sesungguhnya, keselamatan itu bukan garis akhir. Keselamatan adalah garis awal. Titik mula dari sebuah perjalanan besar: perjalanan menuju kedewasaan rohani di dalam Kerajaan Allah.

Ketika Yesus datang ke dunia, Dia tidak mengajarkan agama baru. Dia datang membawa proklamasi kerajaan. Kata Injil dalam bahasa Yunani berarti kabar baik, dan di zaman Romawi istilah itu digunakan ketika seorang raja baru naik tahta. Para utusan akan berkeliling kota sambil berseru, “Kabar baik! Seorang raja baru telah naik takhta!” Itulah makna Injil: bukan sekadar berita rohani, melainkan pengumuman bahwa Raja yang sejati telah datang dan Kerajaan-Nya sedang ditegakkan.

Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Dia tidak berkata, “Percayalah agar kamu masuk surga.” Ia berkata,

Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” (Markus 1:15)

Ini bukan ajakan agar manusia mencari jalan ke surga, tetapi panggilan untuk tunduk kepada Raja yang sudah datang. Injil adalah deklarasi ilahi bahwa pemerintahan baru sedang ditegakkan; bahwa ada Kerajaan yang akan menggantikan sistem dunia yang rusak. Setiap kali Yesus menyembuhkan, setiap kali Ia mengusir roh jahat, Ia sedang menegaskan satu hal: kuasa Allah lebih tinggi dari kuasa dunia ini. Di mana Yesus berkuasa, di sanalah Kerajaan Allah hadir.

Namun, kalau ada kerajaan baru yang datang, pasti kerajaan lama akan melawan. Sebab Kerajaan Allah datang bukan di masa damai, tetapi di tengah peperangan. Paulus menulis,

Karena perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, dan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12)

Kita hidup di dunia yang tampak damai, tetapi sesungguhnya kita sedang berada di medan perang rohani. Peperangan ini tidak terlihat oleh mata, tetapi nyata dalam hati manusia—antara ketaatan kepada Tuhan atau kepada kuasa dosa. Dan Yesus datang bukan sekadar membawa pengampunan dosa, melainkan memerdekakan manusia dari kerajaan kegelapan untuk masuk ke dalam kerajaan terang.

Karena itu, saudara, Injil bukan hanya tentang diselamatkan dari neraka, tetapi tentang siapa yang menjadi rajamu hari ini. Apakah Yesus sungguh memerintah hidupmu? Apakah Engkau hidup sebagai warga kerajaan-Nya, atau masih menjadi bagian dari dunia yang lama? Sebab siapa yang berada di bawah pemerintahan Raja Yesus, ia tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Sang Raja yang telah menebusnya.

Penulis Ibrani mengingatkan kita bahwa banyak orang percaya tetap menjadi bayi rohani. Mereka terus bergantung pada susu rohani—ajaran dasar tentang keselamatan, pertobatan, dan janji hidup kekal—namun tidak pernah bertumbuh menuju makanan keras.

Sebab setiap orang yang masih memerlukan susu tidak memahami ajaran tentang kebenaran, karena ia masih bayi. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat.” (Ibrani 5:13–14)

Artinya, keselamatan bukan akhir dari kisah iman, melainkan permulaan dari proses pendewasaan rohani.

Setelah diselamatkan, kita harus belajar mengenal suara Raja, belajar berjalan bersama-Nya, belajar taat, dan belajar berperang melawan dosa. Sebab di dalam peperangan itulah iman kita dikuatkan dan karakter kita dimurnikan.

Paulus menegur jemaat yang masih hidup menurut daging, yang iri, yang bertengkar, yang mudah tersinggung. Ia berkata,

Bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu masih manusia duniawi dan hidup seperti manusia biasa?” (1 Korintus 3:3)

Padahal kita sudah tidak lagi menjadi manusia biasa. Kita adalah anak-anak Allah yang rohani. (Roma 8:14, Filipi 3:20)

Roh Kudus telah menandai kita sebagai milik Kerajaan Surga. Tapi tanda itu harus diikuti dengan kehidupan yang sepadan—dengan kedewasaan yang nyata. Kita tidak bisa terus hidup dengan cara lama sementara mengaku menjadi warga Kerajaan baru.

Saudara, kedewasaan rohani tidak datang otomatis. Ia tumbuh lewat latihan—melalui ketaatan, penderitaan, dan keputusan-keputusan kecil setiap hari. Tuhan melatih kita seperti seorang ayah melatih anaknya, agar kita menjadi serupa dengan Kristus. Kadang Ia mengizinkan tekanan, bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk membentuk. Api yang sama yang membakar jerami, justru memurnikan emas. Inilah baptisan api—proses penyucian yang membentuk kita menjadi prajurit-prajurit kerajaan yang kuat dan setia.

Sebab panggilan kita bukan hanya menjadi warga Kerajaan, tetapi menjadi pembawa kuasa dan hadirat Raja itu sendiri di dunia yang gelap ini. Dunia tidak akan mengenal Tuhan melalui teori, tetapi melalui hidup orang-orang percaya yang memancarkan kasih, kebenaran, dan kuasa-Nya. Itulah sebabnya Yesus berkata,

Biarlah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga.” (Matius 5:16)

Saudara yang terkasih, keselamatan adalah pintu gerbang menuju kehidupan kerajaan. Tapi jangan berhenti di pintu. Masuklah, bertumbuhlah, berperanglah, dan penuhilah panggilan ilahi di hidupmu. Karena Yesus tidak hanya datang untuk menyelamatkan kita dari dosa, tetapi untuk menjadikan kita serupa dengan diri-Nya—raja-raja kecil di bawah Raja segala raja.

Jadi hari ini, biarlah kita mendengar kembali proklamasi surgawi itu:

Waktunya telah genap! Kerajaan Allah sudah dekat! Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!

Bertobatlah—berbaliklah dari jalan yang lama.

Percayalah—tundukkan hatimu kepada Raja yang hidup.

Dan hiduplah sebagai warga Kerajaan yang sejati: bukan hanya menunggu surga, tetapi membawa surga ke bumi melalui hidup yang dipimpin oleh Sang Raja.

Sebab keselamatan bukanlah akhir dari kisah kita—itu adalah permulaan dari hidup yang baru, hidup di bawah pemerintahan Raja yang benar, Yesus Kristus Tuhan.

Amin.