Eksposisi vs Eisegesis: Bahaya yang Tersembunyi

Salah satu bahaya terbesar dalam membaca Alkitab bukanlah pada apa yang tertulis, tapi pada apa yang kita kira tertulis. Banyak orang percaya tanpa sadar memasukkan pemikiran atau asumsi pribadi ke dalam teks Alkitab. Inilah yang disebut eisegesis. Praktik ini bisa membuat kita salah paham tentang karakter Tuhan, salah menerapkan perintah-Nya, bahkan menciptakan tradisi-tradisi yang tidak pernah diajarkan dalam Alkitab. Sebaliknya, eksposisi (exegesis) adalah cara membaca yang benar — yaitu menggali makna yang sudah ada dalam teks, dengan menghormati konteks, bahasa asli, dan maksud penulisnya.

PRAKTEK FIRMAN

4/10/2025

Eksposisi vs Eisegesis: Bahaya yang Tersembunyi

Salah satu bahaya terbesar dalam membaca Alkitab bukanlah pada apa yang tertulis, tapi pada apa yang kita kira tertulis. Banyak orang percaya tanpa sadar memasukkan pemikiran atau asumsi pribadi ke dalam teks Alkitab. Inilah yang disebut eisegesis.

Praktik ini bisa membuat kita salah paham tentang karakter Tuhan, salah menerapkan perintah-Nya, bahkan menciptakan tradisi-tradisi yang tidak pernah diajarkan dalam Alkitab.

Sebaliknya, eksposisi (exegesis) adalah cara membaca yang benar — yaitu menggali makna yang sudah ada dalam teks, dengan menghormati konteks, bahasa asli, dan maksud penulisnya.

Mengapa ini penting? Mari kita lihat beberapa contoh sederhana tapi berdampak besar.

Contoh Eisegesis dalam Pemahaman Sehari-hari

🍎 Buah Terlarang = Apel

Banyak orang mengira bahwa buah terlarang di Taman Eden adalah apel. Padahal, dalam teks asli Ibrani hanya disebut “buah” (peri, פְּרִי), tanpa keterangan jenisnya. Anggapan tentang apel muncul belakangan dari seni dan budaya Barat, bukan dari Alkitab itu sendiri.

🐋 Ikan Yunus = Paus

Sering kali kita mendengar bahwa Yunus ditelan oleh seekor paus. Tapi dalam Yunus 1:17, teks aslinya hanya menyebut “ikan besar” (dag gadol, דָּג גָּדוֹל). Alkitab tidak menyebut jenis spesifik. Menyebutnya paus adalah tebakan manusia, bukan isi teks.

🌟 Tiga Orang Majus = Tiga Raja dari Timur

Natal sering dikaitkan dengan tiga orang majus yang membawa emas, kemenyan, dan mur. Tapi Alkitab (Matius 2:1-12) tidak pernah menyebut mereka raja, dan juga tidak menyebut jumlah mereka. Yang disebut hanya “orang-orang majus dari Timur” dan tiga jenis persembahan. Jadi anggapan ada tiga raja adalah tambahan dari tradisi, bukan dari teks asli.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa apa yang kita dengar atau bayangkan, belum tentu sesuai dengan apa yang Alkitab benar-benar katakan.

Eisegesis menyuntikkan asumsi ke dalam Firman.

Eksposisi membiarkan Firman berbicara apa adanya.

Berharganya Eksposisi: Studi Kasus yang Menarik

Dalam 2 Tawarikh 27:2, kita membaca tentang Yotam, anak dari Raja Uzia (juga dikenal sebagai Azarya):

“Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya, hanya ia tidak memasuki Bait TUHAN.”

Kalau dibaca secara cepat atau dengan pendekatan eisegesis, orang bisa berkata:

“Lihat, Yotam tidak ke rumah Tuhan seperti ayahnya. Kita harus pastikan anak-anak kita rajin ke gereja.”

Tapi pendekatan eksposisi akan bertanya: “Kenapa ayat ini menyoroti bahwa Yotam tidak masuk ke Bait TUHAN? Apa yang terjadi dengan Uzia sebelumnya?”

Kalau kita mundur ke 2 Tawarikh 26:16–21, kita menemukan bahwa Uzia dihukum oleh Tuhan karena kesombongannya. Ia masuk ke Bait TUHAN dan mencoba bertindak sebagai imam — sesuatu yang dilarang bagi raja. Akibatnya, Tuhan menghukumnya dengan penyakit kusta.

Jadi, keputusan Yotam untuk tidak masuk ke Bait TUHAN bukan karena ia tidak peduli, tapi justru karena ia belajar dari kesalahan ayahnya. Itu adalah tindakan kerendahan hati dan hikmat.

Di sinilah pentingnya konteks.

Eksposisi membantu kita menghormati maksud asli dari Firman, dan melindungi kita dari kesalahan tafsir yang mungkin terdengar rohani, tapi sebenarnya keliru.

Simbolisme yang Tepat: Enam Ujian Yesus

Simbolisme dalam Alkitab sangat kaya dan bermakna — tapi harus dibaca dengan hati yang dipimpin Roh Kudus dan bersandar pada teks, bukan spekulasi.

Mari kita lihat salah satu paralel paling indah dalam kehidupan Yesus:

Tiga Ujian di Padang Gurun (Matius 4 / Lukas 4):

Ubah batu jadi roti – Apakah Dia akan mempercayai penyediaan Allah?

Jatuhkan diri dari atap bait suci – Apakah Dia akan menuntut tanda untuk merasa aman?

Sujud kepada musuh untuk mendapat dunia – Apakah Dia akan setia atau mengambil jalan pintas?

Tiga Ujian di Taman Getsemani (Matius 26 / Lukas 22):

Doa Pertama – “Jika mungkin, biarlah cawan ini berlalu” — Apakah Dia akan taat? (Keringat seperti darah = anggur)

Doa Kedua – “Jika memang tidak mungkin...” — Apakah Dia tetap percaya, meski jawabannya adalah salib?

Doa Ketiga – “Ia mengucapkan perkataan yang sama” — Tekad final untuk taat sepenuhnya.

Roti di padang gurun, anggur di taman.

Di kedua tempat, Yesus tidak mengambil untuk diri-Nya sendiri, tapi menyerahkan diri-Nya untuk kita.

Semua ujian ini menunjukkan kesempurnaan Yesus dalam:

Ketaatan – Ia taat sepenuhnya pada kehendak Bapa.

Kepercayaan – Ia percaya, bahkan ketika surga seakan diam.

Kasih – Ia lebih mengasihi Bapa daripada nyawa-Nya sendiri.

Pembalikan Besar: Dari Eden ke Getsemani

Adam dan Hawa dicobai di taman dan dibuang ke padang gurun.

Yesus dicobai di padang gurun dan menang di taman.

Apa yang hilang karena ketidaktaatan dipulihkan oleh Kristus melalui ketaatan yang sempurna.

Inilah mengapa eksposisi sangat penting — karena membukakan keindahan Alkitab sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kira. Dan ketika kita melihat Yesus dengan benar, kita akan mengasihi-Nya lebih dalam.

Penutup: Biarkan Firman Berbicara

Membaca Alkitab bukan hanya soal pengetahuan, tapi soal kerendahan hati untuk mendengar suara Tuhan, bukan suara diri sendiri. Ketika kita melakukan eisegesis, kita memaksakan pemikiran kita ke dalam teks. Tapi ketika kita melakukan eksposisi, kita membiarkan Firman Allah menyatakan kebenarannya sendiri.

Kita telah melihat bagaimana kesalahan sederhana bisa membawa pada pemahaman yang melenceng, dan sebaliknya — bagaimana pembacaan yang benar bisa membuka makna yang dalam, indah, dan penuh kuasa.

Yesus adalah teladan sempurna dari hidup yang dituntun oleh ketaatan, kepercayaan, dan kasih kepada Bapa. Dan melalui pembacaan yang benar, kita dapat melihat kisah penebusan itu bukan hanya sebagai pelajaran, tapi sebagai jalan hidup yang kita ikuti.

Biarkan Alkitab membentuk hati kita.

Biarkan Roh Kudus menuntun pikiran kita.

Dan biarkan Yesus menjadi pusat dari semua pemahaman kita.