Berjalan Bersama Tuhan: Karena Hidup Adalah Perjalanan, Bukan Pelarian

Berjalan bersama Tuhan membutuhkan iman, ketaatan, dan hubungan yang mendalam dengan-Nya. Dari kitab Yosua, kita akan belajar apa artinya berjalan dengan Tuhan: Menghadapi tantangan, memilih untuk tetap setia, dan menjalani hidup yang selaras dengan kehendak-Nya. Kitab Yosua tidak hanya berbicara tentang peperangan fisik, tetapi juga perjalanan rohani bagi setiap orang percaya.

PRAKTEK FIRMAN

12/26/2024

Apakah kamu bersama Tuhan atau melawan Dia?

Dari pertemuan Yosua dengan Malaikat Tuhan (Yosua 5:13-15), kita belajar bahwa inti dari perjalanan iman bukanlah apakah Tuhan ada di pihak kita, tetapi apakah kita berada di pihak-Nya. Malaikat Tuhan tidak menyatakan diri memihak Yosua atau musuhnya, melainkan menegaskan bahwa ini adalah pertempuran Tuhan, bukan manusia.

Berjalan bersama Tuhan berarti menyadari bahwa kita adalah bagian dari rencana besar-Nya untuk umat manusia. Kita tidak memimpin, tetapi mendukung dan tunduk pada kehendak-Nya. Kita dapat memilih untuk menjadi penonton yang pasif atau pendukung yang aktif dalam karya Tuhan. Dengan mendukung pekerjaan-Nya, kita menunjukkan kesetiaan kepada-Nya, tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga melalui tindakan, ketaatan, dan kesediaan untuk berperan dalam rencana-Nya.

Bersama Tuhan berarti hidup untuk kemuliaan-Nya, bukan agenda kita sendiri. Itulah panggilan untuk berada di pihak-Nya—bukan sekadar mengandalkan Dia untuk memenangkan perjuangan pribadi kita, tetapi menempatkan diri sebagai alat dalam tujuan-Nya yang kekal.

Tuhan seperti apakah Dia? Kenali melalui Firman-Nya.

Tanpa hubungan pribadi dan kedekatan dengan Tuhan melalui pemahaman akan Firman-Nya, kita mungkin sulit memahami pekerjaan-Nya yang terjadi di sekitar kita. Seperti bangsa Israel yang sering gagal memahami maksud Tuhan di masa kepemimpinan Yosua, demikian pula kita bisa kehilangan makna dari apa yang Tuhan lakukan jika kita tidak mengenal-Nya.

Melalui Firman-Nya, kita belajar tentang sifat-Nya—kesetiaan, kasih, keadilan, dan kuasa-Nya yang melampaui pemahaman manusia. Firman Tuhan menolong kita menyelaraskan pikiran kita dengan pikiran-Nya, sehingga kita dapat melihat tempat kita dalam rencana besar-Nya.

Dengan mengenal Tuhan lebih dalam, kita tidak hanya mengerti apa yang Dia lakukan, tetapi juga bagaimana kita dapat berperan dalam pekerjaan-Nya. Mengenal Tuhan adalah dasar dari berjalan bersama-Nya. Ini bukan sekadar pengetahuan, tetapi hubungan hidup yang penuh dengan iman, pengertian, dan ketaatan, yang memungkinkan kita berjalan dalam kehendak-Nya dengan keyakinan dan sukacita.

Hingga akhir hidup kita.
Akankah kita masih bersama Dia?

Perjalanan bersama Tuhan bukan tentang kesempurnaan kita, melainkan tentang kesetiaan kita untuk tetap berada di pihak-Nya hingga akhir hidup. Banyak tokoh dalam Alkitab yang membuat kesalahan besar, namun tetap diterima oleh Tuhan karena mereka bertobat dan memercayai-Nya. Contohnya, Rahab—seorang perempuan yang hidupnya jauh dari kesalehan, tetapi dengan imannya, dia mendukung rencana Tuhan dan akhirnya menjadi bagian dari garis keturunan Yesus (Yosua 2, Matius 1:5).

Ada juga saat di mana Tuhan mengambil seseorang dari dunia ini sebagai bentuk kasih-Nya, untuk melindungi mereka dari lingkungan buruk atau situasi yang bisa membawa mereka menjauh dari-Nya. Firman Tuhan mengatakan, "Orang benar binasa, dan tidak ada yang memperhatikannya; orang saleh diambil, dan tidak ada yang memahaminya bahwa orang benar diambil untuk menghindarkan mereka dari malapetaka. Orang yang hidup benar akan masuk ke dalam damai sejahtera, mereka akan beristirahat di tempat perbaringan mereka, dia yang hidup dengan jujur." (Yesaya 57:1-2).

Kematian Abia, anak Yerobeam, adalah salah satu contoh. Tuhan mengambilnya karena di dalam dirinya ada sesuatu yang baik di mata-Nya, berbeda dengan keluarganya yang hidup dalam kejahatan (1 Raja-Raja 14:12-13). Atau Raja Yosia, yang diambil Tuhan sebelum melihat kehancuran Yehuda, sebagai bentuk belas kasih-Nya (2 Raja-Raja 22:20).

Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup kita hingga akhir. Yang terpenting adalah tetap berjalan bersama-Nya setiap hari, menyerahkan hidup kita pada kasih karunia-Nya, dan percaya bahwa Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Filipi 2:13 mengingatkan kita bahwa "Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Ini berarti bahwa ketekunan kita berasal dari Allah yang bekerja dalam diri kita, bukan dari usaha kita semata. Oleh karena itu, ketika kita merasa lemah atau tertekan, kita dapat meminta Roh Kudus untuk menolong kita bertahan dan tetap setia.

KESIMPULAN:

Berjalan bersama Tuhan adalah perjalanan hidup yang penuh iman, kepercayaan, dan ketaatan. Ini bukan tentang berlari terburu-buru atau menyimpang dari jalan, tetapi tentang tetap dekat dengan-Nya, langkah demi langkah, hingga akhir. Saat kita berjalan bersama-Nya, kita dapat percaya bahwa Tuhan, yang mengenal hati kita dan melihat masa depan kita, akan membimbing kita sesuai dengan hikmat-Nya yang sempurna.

Bahkan dalam disiplin-Nya atau dalam momen yang tidak sepenuhnya kita pahami, maksud Tuhan selalu baik—untuk pertumbuhan kita, untuk kemuliaan-Nya, dan untuk keselamatan kita yang kekal. Kita tidak perlu takut akan akhir perjalanan kita, karena Dia yang memulai pekerjaan baik dalam hidup kita adalah setia untuk menyelesaikannya (Filipi 1:6).

Jika kita tetap berada dalam Dia, Tuhan akan menjaga kita agar tidak jatuh dan akan mempersembahkan kita tanpa cela di hadapan Bapa di Surga (Yudas :24). Dan jika, dalam hikmat-Nya, Dia memilih untuk mengambil kita sebelum kita tergelincir, kita dapat yakin bahwa itu adalah karena kasih-Nya dan keinginan-Nya untuk menjaga kita. Oleh karena itu, mari kita berjalan bersama-Nya dengan percaya diri, mengetahui bahwa hidup dan masa depan kita ada dalam tangan-Nya yang aman.

Pertanyaannya bukanlah apakah kita bisa mempercayai Tuhan untuk akhir perjalanan ini—tetapi apakah kita akan berjalan bersama-Nya hari ini. Jawabannya ada dalam memilih Dia setiap hari, berjalan dengan rendah hati, dan mengandalkan kasih karunia-Nya di setiap langkah perjalanan.

--------------------------------------------------

Lalu aku melihat surga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar",

Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota, dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak seorang pun tahu, selain Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah."

Dan semua pasukan yang di surga, yang menunggang kuda putih, dan memakai lenan halus yang putih bersih, mengikuti Dia.

Dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi, dan Ia akan memeras anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu:

"RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN."